A. Proses Masuk dan
Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia
Kedatangan Islam di
Indonesia, tidak dapat diketahui dengan pasti. Diperkirakan
kedatangan yang pertama adalah di Aeh. Hal ini dibuktikan dengan
ditemukannya makam-makam. Menurut Ma Huan yang datang ke Majapahit
tahun 1413, bahwa ada 3 golongan penduduk Majapahit yaitu orang-orang
Islam yang datang dari Barat, orang-orang Cina yang kebanyakan
memeluk Islam dan selebihnya rakyat yang menyembah berhala.
Banyak pendapat para
ahli yang mengemukakan tentang teori-teori masuknya Islam di
Indonesia, diantaranya adalah :
1. M.C. Ricklefs dari Australian
National University menyebutkan 2 proses masuknya Islam ke nusantara
yaitu :
a. Penduduk pribumi
mengalami kontak dengan agama Islam dan kemudian menganutnya.
b. Orang-orang asing
(Arab, India, Cina) yang telah memeluk agama Islam tinggal secara
tetap di suatu wilayah Indonesia, kawin dengan penduduk asli, dan
mengikuti gaya hidup lokal sedemikian rupa sehingga mereka sudah
menjadi orang Jawa, Melayu, atau suku lainnya.
2. Teori lain seputar masuknya
Islam dari Timur Tengah ke nusantara diajukan Supartono Widyosiswoyo.
Menurutnya, penetrasi tersebut dapat digolongkan menjadi 3 golongan
yaitu :
a. Jalur
Utara adalah proses masuknya Islam dari Persia dan Mesopotamia. Dari
sana, Islam beranjak ke timur lewat jalur darat Afganistan, Pakistan,
Gujarat, lalu menempuh jalur laut menuju Indonesia. Lewat Jalur Utara
ini, Islam tampil dalam bentuk barunya yaitu aliran Tasawuf. Dalam
aliran ini, Islam dikombinasikan dengan penguatan pengalaman personal
dalam pendekatan diri terhadap Tuhan. Aliran inilah yang secara cepat
masuk dan melakukan penetrasi penganut baru Islam di nusantara. Aceh
merupakah salah satu basis persebaran Islam pada Jalur Utara ini.
b. Jalur
Tengah adalah proses masuknya Islam dari bagian barat lembah Sungai
Yordan dan bagian timur semenanjung Arabia (Hadramaut). Dari sini
Islam menyebar dalam bentuknya yang relatif asli, di antaranya adalah
aliran Wahabi. Pengaruh terutama cukup mengena di wilayah Sumatera
Barat. Ini dapat terjadi oleh sebab dari Hadramaut perjalanan laut
dapat langsung sampai ke pantai
barat pulau
Sumatera.
c. Jalur
Selatan pangkalnya adalah di wilayah Mesir. Saat itu Kairo merupakan
pusat penyiaran agama Islam yang modern dan Indonesia memperoleh
pengaruh tertama dalam organisasi keagamaan yang disebut
Muhammadiyah. Kegiatan lewat jalur ini terutama pendidikan, dakwah,
dan penentangan bid’ah.
3. Proses masuk dan berkembangnya
agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam
bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori
Gujarat, teori Makkah dan teori Persia. Ketiga teori tersebut di atas
memberikan jawaban tentang permasalahan waktu masuknya Islam ke
Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama
Islam ke Nusantara.
a. Teori Gujarat
Teori ini
berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Hal ini juga
bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah
singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di
Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang
Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.
b. Teori Makkah
Teori ini merupakan
teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu
teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke
Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir).
Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah
berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi
jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap
proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
c. Teori Persia
Teori ini berpendapat
bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari
Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan
budaya masyarakat Islam Indonesia seperti peringatan 10 Muharram atau
Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang
sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Selain itu,
ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
Berdasarkan teori
tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan
jalan damai pada abad ke-7 dan mengalami perkembangannya pada abad
ke-13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa
Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). Proses masuk dan
berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan
melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang
dilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat. Pedagang tersebut
berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia. Pada kesempatan itu
dipergunakan untuk menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya diantara
pedagang tersebut ada yang terus menetap, atau mendirikan
perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan perkampungan
Pekojan. Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi semakin
sering bahkan ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia,
sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang.
Perkembangan Islam yang
cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang menyebarkan
Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren.
Islam juga disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan
seni gamelan ataupun wayang kulit. Dengan demikian Islam semakin
cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
Proses penyebaran Islam
di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para
pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau
Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali
yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri
dari:
1. Maulana Malik Ibrahim
dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur.
2. Sunan Ampel dengan nama
asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
3. Sunan Bonang adalah putra
Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan
Islam di Bonang (Tuban).
4. Sunan Drajat juga putra
dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam
di daerah Gresik/Sedayu.
5. Sunan Giri nama aslinya
Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
6. Sunan Kudus nama aslinya
Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
7. Sunan Kalijaga nama aslinya
Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah
Demak.
8. Sunan Muria adalah putra
Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di
daerah Gunung Muria.
9. Sunan Gunung Jati nama
aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat
(Cirebon)
Demikian sembilan wali
yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian
memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat
dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya
orang yang dikasihi Allah.
B. Kerajaan-kerajaan Islam
yang ada di Indonesia:
1. Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai
merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan
oleh Marah Silu
bergelar Sultan Malik al- Saleh,
sebagai raja pertama yang memerintah tahun 1285 – 1297. Kerajaan
ini masih ada sampai abad ke-15. Pusat kerajaaan Samudera Pasai
kemudian dipindah ke Pase.
2. Kerajaan Demak
Demak merupakan
kerajaan Islam pertama di pulau Jawa dengan rajanya yaitu Raden
Patah. Demak
dengan cepat mencapai kejayaannya, terutama setelah Malaka jatuh ke
Portugis. Putranya yang bernama Pati Unus yang bergelar Pangeran
Sabrang Lor sangat berjasa membantu ayahnya meluaskan dan memperkuat
kedudukan kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam. Raden Patah wafat
tahun 1518 dan diganti oleh Pati Unus.
3. Kerajaan Banten
Daerah ujung barat
pulau Jawa yaitu Banten dan Sunda Kelapa dapat direbut oleh Demak, di
bawah pimpinan Fatahillah. Untuk itu daerah tersebut berada di bawah
kekuasaan Demak. Setelah Banten diislamkan oleh Fatahillah maka
daerah Banten diserahkan kepada putranya yang bernama Hasannudin,
sedangkan Fatahillah sendiri menetap di Cirebon, dan lebih menekuni
hal keagamaan. Dengan diberikannya Banten kepada Hasannudin, maka
Hasannudin meletakkan dasar-dasar pemerintahan kerajaan Banten dan
mengangkat dirinya sebagai raja pertama, yang memerintah tahun 1552 –
1570.
4. Kerajaan Mataram
Pada awal
perkembangannya kerajaan Mataram adalah daerah kadipaten yang
dikuasai oleh Ki Gede Pamanahan. Daerah tersebut diberikan oleh
Pangeran Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yaitu raja Pajang kepada Ki Gede
Pamanahan atas jasanya membantu mengatasi perang saudara di Demak
yang menjadi latar belakang munculnya kerajaan Pajang. Kerajaan
Mataram mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Raden Rangsang
(1613-1645) yang terkenal dengan nama Sultan Agung. Sultan Agung
wafat pada tahun 1645.
5. Kerajaan Gowa – Tallo
Islam masuk ke kerajaan
Gowa-Tallo pada tahun 1605. Dengan raja pertama Kerajaan Tallo adalah
Karaeng Mattoaya yang bergelar Sultan Abdullah. Raja Gowa yaitu Daeng
Manrabia bergelar Sultan Alaudin.
6. Kerajaan Ternate –
Tidore
Kerajaan Ternate dan
Tidore terletak di kepulauan Maluku. Keadaan Maluku yang subur dan
diliputi oleh hutan rimba, maka daerah Maluku terkenal sebagai
penghasil rempah seperti cengkeh dan pala.
7. Kerajaan Aceh
Masa kerajaan Aceh
dicapai dalam masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Ia
kemudian digantikan oleh menantunya, Iskandar Tani. Namun ketika
Iskandar Tani wafat tahun 1641, kekuasaan Aceh menjadi menurun. Hal
ini terjadi karena perselisihan di kalangan sendiri dan juga karena
Belanda berhasil merebut Malaka dari tangan Portugis tahun 1941.
8. Kerajaan Malaka
Malaka sebelumnya
adalah kota kecil. Namun di bawah pemerintahan Sultan Mudzafar Syah
(1445-1458) Malaka menjadi pusat perdagangan antara timur dan barat.
Malaka mencapai puncak kebesarannya di bawah Sultan Mansyur Syah
(1458-1477) dan dilanjutkan oleh Sultan Alaudin Syah (1477-1488).
Malaka mengalami kemunduran ketika pemerintah Sultan Mahmud
Syah (1488-1511). Kejayaan Malaka berakhir ketika orang-orang
Portugis berhasil mengalahkan Malaka pada tahun1511.
C. Wujud Akulturasi Kebudayaan
Indonesia dan Kebudayaan Islam
Sebelum Islam masuk dan
berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang
dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya Islam,
Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya
dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling
mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam
Indonesia.
Masuknya Islam tersebut
tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya
sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat
kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat
Indonesia.
1. Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam
seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana.
Masjid adalah tempat
ibadahnya orang Islam. Di Indonesia, istilah masjid biasanya menunjuk
pada tempat untuk menyelenggarakan shalat jumat.
Masjid di Indonesia
pada zaman madya biasanya mempunyai cirri khas tersendiri,
diantaranya :
- Atapnya berbentuk “atap tumpang” yaitu atap bersusun. Jumlah atap tumpang itu selalu ganjil, 3 atau 5 seperti di Jawa dan Bali pada masa Hindu.
- Tidak adanya menara. Pada masa itu masjid yang mempunyai menara hanya masjid Banten dan masjid Kudus.
- Biasanya masjid dibuat dekat istana, berada di sebelah utara atau selatan. Biasanya didirikan di tepi barat alun-alun. Letak masjid ini melambangkan bersatunya rakyat dan raja sesama makhluk Allah. Selain di alun-alun, masjid juga dibangun di tempat-tempat keramat, yaitu makam wali, raja atau ahli agama.
Bentuk perkembangannya
sesuai dengan perkembangan zaman. Sekarang kebanyakan masjid atasnya
berbentuk kubah dan ada menara, ini merupakan pengaruh dari Timur
tengah dan India.
Ciri-ciri dari wujud
akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:
a. makam-makam kuno dibangun
di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
b. makamnya terbuat dari
bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya juga
terbuat dari batu.
c. di atas jirat biasanya
didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.
d. dilengkapi dengan tembok
atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau
kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk
kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar
(tidak beratap dan tidak berpintu).
e. Di dekat makam biasanya
dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam
tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam
Sendang Duwur
2. Seni Rupa
Tradisi Islam tidak
menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang
menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun
terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam),
agar didapat keserasian,
3. Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam
ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan,
yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang
tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul
yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi
tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab.
Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi
yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.
Sedangkan dalam seni
sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra
yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan
sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia.
Dengan demikian wujud
akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/aksara
yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul)
dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang
berkembang pada jaman Hindu.
Bentuk seni sastra yang
berkembang adalah:
a. Hikayat yaitu cerita atau
dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat
ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis
dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat
yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat
Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
b. Babad adalah kisah rekaan
pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya
Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
c. Suluk adalah kitab yang
membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk
Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
d. Primbon adalah hasil sastra
yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi
ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.
Bentuk seni sastra tersebut di
atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa.
Kedatangan Islam ke
Indonesia membawa pengaruh cukup besar bagi kebudayaan Indonesia.
Tetapi bukan berarti menghapus semua yang ada sebelumnya. Misalnya,
kesenian wayang yang telah ada sebelum kedatangan Islam. Bahkan
wayang ini digunakan para wali untuk menyebarkan agama Islam.
4. Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan,
sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang
bercorak Hindu ataupun Budha. Tetapi setelah Islam masuk, maka
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya
dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam
seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya.
Sistem pemerintahan
yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti
halnya para wali
dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan
dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.
Kesimpulan
Banyak teori yang
menyatakan tentang masuknya Agama Islam ke Indonesia, teori-teori
tersebut dibuat berdasarkan masing-masing bukti tentang awal mula
masuknya islam ke Indonesia.
Masuknya Islam
berpengaruh besar pada kebudayaan yang ada di Indonesia. Sebelumnya,
kebudayaan di Indonesia adalah kebudayaan yang bercorak
Hindu-Budha. Namun setelah masuknya Islam, berdirilah
kerajaan-kerajaan islam yang menjadikan kebudayaan Islam tersebut
mengalami akulturasi dengan kebudayaan yang ada di Indonesia.
Kebudayaan tersebut terus berkembang seiring dengan perkembangan
zaman.
No comments:
Post a Comment