Thursday, February 20, 2014

SEJARAH MASUKNYA AGAMA ISLAM DI INDONESIA


A. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia

Kedatangan Islam di Indonesia, tidak dapat diketahui dengan pasti. Diperkirakan kedatangan yang pertama adalah di Aeh. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya makam-makam. Menurut Ma Huan yang datang ke Majapahit tahun 1413, bahwa ada 3 golongan penduduk Majapahit yaitu orang-orang Islam yang datang dari Barat, orang-orang Cina yang kebanyakan memeluk Islam dan selebihnya rakyat yang menyembah berhala.
Banyak pendapat para ahli yang mengemukakan tentang teori-teori masuknya Islam di Indonesia, diantaranya adalah :
1. M.C. Ricklefs dari Australian National University menyebutkan 2 proses masuknya Islam ke nusantara yaitu :
a. Penduduk pribumi mengalami kontak dengan agama Islam dan kemudian menganutnya.
b. Orang-orang asing (Arab, India, Cina) yang telah memeluk agama Islam tinggal secara tetap di suatu wilayah Indonesia, kawin dengan penduduk asli, dan mengikuti gaya hidup lokal sedemikian rupa sehingga mereka sudah menjadi orang Jawa, Melayu, atau suku lainnya.
2. Teori lain seputar masuknya Islam dari Timur Tengah ke nusantara diajukan Supartono Widyosiswoyo. Menurutnya, penetrasi tersebut dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu : a. Jalur Utara adalah proses masuknya Islam dari Persia dan Mesopotamia. Dari sana, Islam beranjak ke timur lewat jalur darat Afganistan, Pakistan, Gujarat, lalu menempuh jalur laut menuju Indonesia. Lewat Jalur Utara ini, Islam tampil dalam bentuk barunya yaitu aliran Tasawuf. Dalam aliran ini, Islam dikombinasikan dengan penguatan pengalaman personal dalam pendekatan diri terhadap Tuhan. Aliran inilah yang secara cepat masuk dan melakukan penetrasi penganut baru Islam di nusantara. Aceh merupakah salah satu basis persebaran Islam pada Jalur Utara ini. b. Jalur Tengah adalah proses masuknya Islam dari bagian barat lembah Sungai Yordan dan bagian timur semenanjung Arabia (Hadramaut). Dari sini Islam menyebar dalam bentuknya yang relatif asli, di antaranya adalah aliran Wahabi. Pengaruh terutama cukup mengena di wilayah Sumatera Barat. Ini dapat terjadi oleh sebab dari Hadramaut perjalanan laut dapat langsung sampai ke pantai barat pulau Sumatera. c. Jalur Selatan pangkalnya adalah di wilayah Mesir. Saat itu Kairo merupakan pusat penyiaran agama Islam yang modern dan Indonesia memperoleh pengaruh tertama dalam organisasi keagamaan yang disebut Muhammadiyah. Kegiatan lewat jalur ini terutama pendidikan, dakwah, dan penentangan bid’ah.
3. Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia. Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalahan waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.
a. Teori Gujarat
Teori ini berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.
b. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
c. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Selain itu, ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke-7 dan mengalami perkembangannya pada abad ke-13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). Proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat. Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia. Pada kesempatan itu dipergunakan untuk menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yang terus menetap, atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan perkampungan Pekojan. Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi semakin sering bahkan ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang.
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren. Islam juga disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang kulit. Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
1. Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur.
2. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
3. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
4. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
5. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
6. Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
7. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.
8. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
9. Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon)
Demikian sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang dikasihi Allah.
B. Kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Indonesia:
1. Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu bergelar Sultan Malik al- Saleh, sebagai raja pertama yang memerintah tahun 1285 – 1297. Kerajaan ini masih ada sampai abad ke-15. Pusat kerajaaan Samudera Pasai kemudian dipindah ke Pase.
2. Kerajaan Demak
Demak merupakan  kerajaan Islam pertama di pulau Jawa dengan rajanya yaitu Raden Patah. Demak dengan cepat mencapai kejayaannya, terutama setelah Malaka jatuh ke Portugis. Putranya yang bernama Pati Unus yang bergelar Pangeran Sabrang Lor sangat berjasa membantu ayahnya meluaskan dan memperkuat kedudukan kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam. Raden Patah wafat tahun 1518 dan diganti oleh Pati Unus.
3. Kerajaan Banten
Daerah ujung barat pulau Jawa yaitu Banten dan Sunda Kelapa dapat direbut oleh Demak, di bawah pimpinan Fatahillah. Untuk itu daerah tersebut berada di bawah kekuasaan Demak. Setelah Banten diislamkan oleh Fatahillah maka daerah Banten diserahkan kepada putranya yang bernama Hasannudin, sedangkan Fatahillah sendiri menetap di Cirebon, dan lebih menekuni hal keagamaan. Dengan diberikannya Banten kepada Hasannudin, maka Hasannudin meletakkan dasar-dasar pemerintahan kerajaan Banten dan mengangkat dirinya sebagai raja pertama, yang memerintah tahun 1552 – 1570.
4. Kerajaan Mataram
Pada awal perkembangannya kerajaan Mataram adalah daerah kadipaten yang dikuasai oleh Ki Gede Pamanahan. Daerah tersebut diberikan oleh Pangeran Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yaitu raja Pajang kepada Ki Gede Pamanahan atas jasanya membantu mengatasi perang saudara di Demak yang menjadi latar belakang munculnya kerajaan Pajang. Kerajaan Mataram mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Raden Rangsang (1613-1645) yang terkenal dengan nama Sultan Agung. Sultan Agung wafat pada tahun 1645.




5. Kerajaan Gowa – Tallo
Islam masuk ke kerajaan Gowa-Tallo pada tahun 1605. Dengan raja pertama Kerajaan Tallo adalah Karaeng Mattoaya yang bergelar Sultan Abdullah. Raja Gowa yaitu Daeng Manrabia bergelar Sultan Alaudin.
6. Kerajaan Ternate – Tidore
Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di kepulauan Maluku. Keadaan Maluku yang subur dan diliputi oleh hutan rimba, maka daerah Maluku terkenal sebagai penghasil rempah seperti cengkeh dan pala.
7. Kerajaan Aceh
Masa kerajaan Aceh dicapai dalam masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Ia kemudian digantikan oleh menantunya, Iskandar Tani. Namun ketika Iskandar Tani wafat tahun 1641, kekuasaan Aceh menjadi menurun. Hal ini terjadi karena perselisihan di kalangan sendiri dan juga karena Belanda berhasil merebut Malaka dari tangan Portugis tahun 1941.
8. Kerajaan Malaka
Malaka sebelumnya adalah kota kecil. Namun di bawah pemerintahan Sultan Mudzafar Syah (1445-1458) Malaka menjadi pusat perdagangan antara timur dan barat. Malaka mencapai puncak kebesarannya di bawah Sultan Mansyur Syah (1458-1477) dan dilanjutkan oleh Sultan Alaudin Syah (1477-1488). Malaka mengalami kemunduran ketika pemerintah Sultan  Mahmud Syah (1488-1511). Kejayaan Malaka berakhir ketika orang-orang Portugis berhasil mengalahkan Malaka pada tahun1511.
C. Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Islam
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia.
Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.
1. Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana.
Masjid adalah tempat ibadahnya orang Islam. Di Indonesia, istilah masjid biasanya menunjuk pada tempat untuk menyelenggarakan shalat jumat.
Masjid di Indonesia pada zaman madya biasanya mempunyai cirri khas tersendiri, diantaranya :
  1. Atapnya berbentuk “atap tumpang” yaitu atap bersusun. Jumlah atap tumpang itu selalu ganjil, 3 atau 5 seperti di Jawa dan Bali pada masa Hindu.
  2. Tidak adanya menara. Pada masa itu masjid yang mempunyai menara hanya masjid Banten dan masjid Kudus.
  3. Biasanya masjid dibuat dekat istana, berada di sebelah utara atau selatan. Biasanya didirikan di tepi barat alun-alun. Letak masjid ini melambangkan bersatunya rakyat dan raja sesama makhluk Allah. Selain di alun-alun, masjid juga dibangun di tempat-tempat keramat, yaitu makam wali, raja atau ahli agama.
Bentuk perkembangannya sesuai dengan perkembangan zaman. Sekarang kebanyakan masjid atasnya berbentuk kubah dan ada menara, ini merupakan pengaruh dari Timur tengah dan India.
Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:
a. makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
b. makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya juga terbuat dari batu.
c. di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.
d. dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).
e. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam Sendang Duwur




2. Seni Rupa
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian, 
3. Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.
Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia.
Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu.
Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
a. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
b. Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
c. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
d. Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.
Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa.
Kedatangan Islam ke Indonesia membawa pengaruh cukup besar bagi kebudayaan Indonesia. Tetapi bukan berarti menghapus semua yang ada sebelumnya. Misalnya, kesenian wayang yang telah ada sebelum kedatangan Islam. Bahkan wayang ini digunakan para wali untuk menyebarkan agama Islam.
4. Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha. Tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya.
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.
Kesimpulan
Banyak teori yang menyatakan tentang masuknya Agama Islam ke Indonesia, teori-teori tersebut dibuat berdasarkan masing-masing bukti tentang awal mula masuknya islam ke Indonesia.
Masuknya Islam berpengaruh besar pada kebudayaan yang ada di Indonesia. Sebelumnya, kebudayaan di Indonesia adalah kebudayaan yang  bercorak Hindu-Budha. Namun setelah masuknya Islam, berdirilah kerajaan-kerajaan islam yang menjadikan kebudayaan Islam tersebut mengalami akulturasi dengan kebudayaan yang ada di Indonesia. Kebudayaan tersebut terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman.


No comments:

Post a Comment